AKURAT.CO, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA), Yustinus Prastowo, melihat kinerja perpajakan 2018 yang membaik, merupakan buah kerja keras dan trust, yang bisa diapresiasi.
Seperti diketahui, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) baru saja merilis data realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan 31 Maret 2018.
Tercatat realisasi penerimaan pajak sampai dengan 31 Maret 2018 sebesar Rp 244,5 triliun (17,16% dari target) dan penerimaan kepabeanan dan cukai Rp 17,89 triliun (9,22% dari target).
“Realisasi penerimaan perpajakan ini layak diapresiasi sebagai buah komitmen kerja keras, komitmen melakukan reformasi pajak, dan meningkatnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan. Ini sekaligus mematahkan anggapan bahwa pemungutan pajak dilakukan secara agresif sehingga menggerus kepercayaan publik,” ucap Yustinus kepada Akurat.co, Selasa (17/4).
Secara umum, CITA melihat hampir semua jenis pajak menunjukkan tren yang positif yaitu tumbuh 16,21% (di luar tax amnesty) dibanding Q1 2017. Realisasi Q1 2018 ini juga dapat menggambarkan perbaikan kondisi perekonomian nasional dan geliat yang membawa optimisme, bahwa tahun 2018 akan lebih baik dibandingkan 2017.
“Pertumbuhan dua digit mengindikasikan rebound sudah terjadi dan titik nadir kinerja perpajakan di 2017 sudah dilewati. Tren positif ini yang harus dicermati, diantisipasi, dan dikelola dengan baik dengan supaya berkesinambungan dan konsisten sampai akhir tahun,” tutur Yustinus.
Khusus penerimaan pajak, berdasarkan realisasi Q1, dengan asumsi tren positif konsisten dan berlanjut, penerimaan 2018 diperkirakan CITA dapat mencapai setidaknya 92% dari target. Proyeksi/skenario realistis ini berarti Rp 160 triliun lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan realisasi 2017.
“Ini akan menjadi kontribusi signifikan bagi kebutuhan pembiayaan dan langkah awal membangun kemandirian pembiayaan,” kata Yustinus.
Namun ia menyoroti bahwa Pemerintah tetap memerlukan strategi yang jitu, komprehensif, dan persiapan sejak awal mengingat tahun ini ada beberapa insentif yang diberikan dan berpotensi menekan realisasi penerimaan pajak seperti revisi PP 46/2013, percepatan restitusi, dan tax holiday.
Di sisi lain manajemen dan pelaksanaan pemeriksaan pajak yang lebih baik sangat berpotensi menyumbang tambahan penerimaan yang signifikan karena menyasar “yang potensial namun belum patuh”.
“Kami berpendapat, pemanfaatan data dan informasi perpajakan, termasuk data dari Automatic Exchange of Information (AEOI), harus segera dilakukan. Berdasarkan data akurat dan analisis yang objektif, pemeriksaan terhadap mereka yang tidak ikut tax amnesty dan high risk taxpayers dapat menjadi pilihan. Tidak ada alasan membuat gaduh untuk melakukan penegakan hukum secara adil dan objektif terhadap mereka yang tidak patuh pajak,” tegas Yustinus.
CITA dalam hal ini mendukung dan mendorong penuntasan reformasi perpajakan (pajak dan bea cukai) yang sedang dan terus digulirkan, termasuk pilihan jalan moderat dan terukur. Kombinasi persistensi, komitmen, kesabaran, dan integritas akan sangat menentukan keberhasilan reformasi perpajakan.
“Kami mendukung Presiden untuk terus-menerus mendukung langkah-langkah reformasi perpajakan, termasuk memastikan revisi UU Perpajakanberjalan sesuai rencana, mempercepat Perpres Pembaruan Administrasi Perpajakan, menerbitkan Perpres Perlindungan Hukum untuk Fiskus Pusat dan Daerah, dan menyinergikan seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan langkah-langkah koordinasi dan perbaikan,” pungkas Yustinus. []
Sumber: AKURAT.CO, 18 April 2018