TAJUK

Pajak dan Rahim Ibu Pertiwi

CITA | 22 DESEMBER 2015

Pajak dan Rahim Ibu Pertiwi

Hari ini turun temurun kita memeringati Hari Ibu. Meski ada pembelokan sejarah dari Pergerakan Perempuan Indonesia, rasanya tak keliru kita mengabdikan hari ini untuk berefleksi tentang rahim, asal muasal kehidupan, sangkan paraning dumadi. Hulu dari kehidupan, di mana benih ditabur, disemai, tumbuh, muasal dan tujuan akhir.

Rahim Ibu Pertiwi pun selalu, bahkan amat setia menyediakan bekal hidup bagi kita anak-anaknya. Kita hidup di negeri yang dipenuhi susu dan madu, Tanah Terjanji yang dicari sepanjang sejarah manusia. Kelimpahan hasil bumi, buah-buahan yang ranum, pemandangan yang asri, hamparan sawah yang hijau, nyiur melambai, gugusan gunung yang gagah dengan lembah berparas elok, dan pantai-pantai yang menjadi teluk mimpi. Sebuah perpaduan yang hanya bisa mengundang sujud syukur.

Hari ini pun, kita menghitung hari bersama Ibu Pertiwi, menuju fajar baru 2016. Ibu yang menyediakan rahim dan membiarkan dirinya dikoyak, dicangkul, dibuldozer, dihisap saripatinya, tapi tak henti meneteskan madu. Kini Ibu Pertiwi bahkan tak meminta apa pun sebagai balasan. Ibu hanya menitip pesan, dari tiap hasil jerih payah – dari wulu wetuning bumi, sumber daya alam, pencakar langit, kecanggihan teknologi – sisihkan bagi sesama. Liyan yang barangkali tak seberuntung kita, sedang diuji kemalangan, terantuk cobaan, atau sengaja dipinggirkan.

Mereka pun anak-anak yang lahir dari rahim Ibu Pertiwi, anak kandung yang menggendong hak meski jarang terpenuhi. Di situlah bersemayam keutamaan dan kebajikan. Yang Maha Baik menyediakan zakat, kolekte, perpuluhan, derma – bagi saudara kita. Negara pun menyediakan pajak sebagai piranti berbagi, demi terciptanya masyarakat yang adil dan sejahtera.

Pajak kita adalah wujud bakti pada Ibu Pertiwi. Yang rahimnya melahirkan kita, yang buminya menghidupi kita. Negara memanggil kita, memberi kesempatan untuk menjadi “yang mulia”. Ibu Pertiwi yang tulus hati, tak pernah mengharap ganti. Ia yang selalu merawat dan mendoakan kita, bangsa yang kokoh beradab sejahtera, karena disangga pajak sebagai pilar penopangnya.

Selamat Hari Ibu, selamat memaknai keperempuanan, dan selamat memanfaatkan pajak sebagai wujud cinta bakti pada Ibu Pertiwi- perigi yang air kehidupannya kita timba sepanjang hari.

Komentar Anda