Foto: BBC Magazine
Analisis

PAJAK INDONESIA DI ERA “BIDENOMICS” Pengaruh Menangnya Joe Biden Terhadap Perekonomian Indonesia Khususnya Kinerja Pajak

PENDAHULUAN

          Pemilihan presiden di Amerika Serikat tahun 2020 telah berakhir dengan kemenangan pada Presiden Joe Biden dari Partai Demokrat atas Donald Trump dari Partai Republik. Kemenangan Joe biden akan memberikan dampak yang besar bagi perekonomian global. Mantan Presiden Trump banyak membuat kebijakan kontroversial, mulai dari pembatasan imigran Meksiko, pembatasan ketat impor ke AS, hingga yang paling berdampak kepada perekonomian global termasuk Indonesia adalah kebijakan pemberlakuan tarif yang sangat tinggi atas barang dari China, sehingga menimbulkan perang dagang AS-China dan menciptakan ketidakpastian perekonomian dunia. Dengan menangnya Joe Biden, para ekonom dan pelaku pasar menjadi lebih optimis terhadap perekonomian dunia yang akan membaik, perang dagang akan mereda, dan pasar keuangan akan lebih stabil. Perbaikan iklim ekonomi global yang sudah memburuk karena pandemi menjadi sangat vital, tak terkecuali Indonesia yang sudah sangat terpukul hingga masuk ke jurang resesi.

         Dalam satu minggu terakhir suasana pilpres AS, Rupiah sudah menguat 5% terhadap Dollar AS, hingga hampir menyentuh level Rp 14.000/USD, begitupun juga dengan pasar saham yang naik lebih dari 5% dalam satu minggu. Situasi seperti ini merupakan peningkatan yang sangat signifikan, dan menunjukkan adanya perbaikan ekonomi di Indonesia, dengan meningkatnya kepercayaan investor. Selain karena dampak terpilihnya Joe Biden yang mempengaruhi pasar global, adanya pemulihan ekonomi di Indonesia juga menjadi katalis tersendiri, terlebih adanya kabar bahwa telah ditemukannya vaksin covid Pfizer yang memiliki tingkat keampuhan hingga 90%. Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengaruh menangnya Joe Biden terhadap perekonomian Indonesia, khususnya di bidang perpajakan.

PEMBAHASAN
“Bidenomics”

          “Bidenomocis” adalah julukan atas kebijakan-kebijakan yang akan ditetapkan oleh Presiden baru Amerika Serikat Joe Biden untuk memperbaiki kondisi negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut. Dari sisi ekonomi, Joe Biden, dalam manifesto kebijakan ekonominya akan melakukan kebijakan baru seperti menaikkan berbagai macam pajak termasuk pajak korporasi yang naik dari 21% menjadi 28%. Terkait belanja negara, Biden berjanji akan memberikan stimulus fiskal yang jauh lebih besar yakni sekitar US$ 2,5 triliun selama periode 2021-2024. Ekonomi era Biden diharapkan akan lebih mudah untuk bekerjasama dengan negara lain melalui kerjasama multilateral, seperti yang sudah dilakukan dahulu pada saat menjabat sebagai wakil presiden era Barack Obama. Di dalam negeri pun Biden akan lebih berpihak kepada masyarakat low-to-middle income dalam hal perpajakan, karena sikapnya yang sosialis, berbeda dengan Trump yang lebih kearah kapitalis yang lebih berpihak kepada kalangan atas.

          Sebagai informasi, ketika Biden menjabat sebagai wakil presiden Barack Obama selama dua periode yakni 20 Januari 2009 – 20 Januari 2017, perekonomian Amerika kala itu pun sedang terguncang oleh masalah Suprime Mortgage yang menyebabkan krisis 2008. Sementara itu, terkait paket stimulus Undang-Undang (UU) CARES senilai US$ 2,2 triliun yang disahkan pada Maret memang membantu meredam beberapa kerusakan yang disebabkan tutupnya kegiatan bisnis untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Tetapi ketentuan-ketentuan penting dari masa berlaku UU tersebut telah berakhir, sementara kondisi konomi masih jauh dari kata sehat. Di sisi lain, bagian penting dari “Bidenomics” adalah mengenai investasi infrastruktur senilai US$ 1,3 triliun bersama dengan peningkatan upah minimum menjadi US$ 15 per jam, penambahan cuti medis dan keluarga yang dibayarkan, dan kebijakan “Beli Amerika” (Buy America) yang dimaksudkan untuk meningkatkan manufaktur domestik AS.

Pengaruh “Bidenomics” Terhadap Perekonomian Indonesia

          Kemenangan Joe Biden atas Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) akan memberi dampak ke ekonomi global termasuk Indonesia. Bagi Indonesia, kemenangan Biden akan menurunkan tensi perang dagang antara AS dan China yang mendorong nilai komoditas dan stabilitas pasar keuangan global. Di sisi lain, turunnya tensi perang dagang dapat mengurangi rencana investor di China yang akan memindahkan pabriknya ke negara lain.

          Menurut pengamat ekonomi Indef Bhima Yudhistira, situasi ini juga menguntungkan bagi Indonesia. Setidaknya pemulihan ekspor Indonesia ke Amerika akan lebih baik begitupun sebagai pemasok bahan baku ke China. Bhima menjelaskan, “Selama ini kebijakan proteksionisme oleh Donald Trump yang merupakan kandidat Partai Republik sudah banyak merugikan kepentingan Indonesia termasuk dalam hal ekspor”. Hal tersebut terbukti, kata Bhima, kinerja ekspor sebelum pandemi sudah lesu karena rendahnya permintaan bahan baku ke China dan ekspor langsung ke Amerika Serikat. Kemudian Bhima menilai stimulus ekonomi Partai Demokrat akan lebih besar mendorong pemulihan daya beli kelas menengah di Amerika Serikat yang merupakan pasar besar produk garmen dan alas kaki dari Indonesia. Kebijakan Biden untuk mendorong upah minimum federal naik menjadi US$ 15 per jam juga akan berimbas pada permintaan barang dari Indonesia yang semakin besar jika daya beli di Amerika Serikat meningkat.

          Dengan kebijakan Biden untuk menaikkan pajak korporasi dan pajak yang lebih besar untuk orang berpendapatan tinggi, maka kemungkinan besar akan terjadi arus investasi keluar AS, dimana investor akan memilih negara-negara yang lebih “murah”. Dengan begitu, perusahaan-perusahaan  AS dan investor pasar uang akan lebih memilih untuk berinvestasi di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, sebagai lokasi investasi baru. Untuk penanaman modal asing melalui investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) mungkin tidak akan langsung terjadi, karena membutuhkan proses dan usaha, sedangkan untuk pasar uang maupun pasar modal bisa langsung dirasakan dampaknya melalui kenaikan foreign net inflow di pasar saham, dan juga menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.

          Ada banyak manfaat yang bisa kita peroleh dengan masuknya investasi asing ke Indonesia. Salah satunya adalah masuknya modal baru untuk membantu mendanai berbagai sektor yang kekurangan dana. Investasi asing ini juga banyak membuka lapangan kerja baru sehingga angka pengangguran dapat berkurang. Selain itu, masuknya investasi asing biasanya disertai dengan transfer teknologi. Mereka membawa pengetahuan teknologi baru ke Indonesia yang lama-kelamaan akan dikembangkan pula di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan pula para investor asing akan bekerjasama dengan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Keterlibatan UMKM ini tentunya akan mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat. UMKM atau perusahaan dalam negeri juga berpeluang untuk memasarkan produknya ke pasar internasional. Manfaat yang paling nyata dari masuknya investasi asing adalah meningkatkan pendapatan negara melalui pajak. Selain itu, menciptakan hubungan yang lebih stabil dalam lingkup perekenomian dua negara. (Sumber : BKPM)

Dampak ke Penerimaan Pajak

          Dalam penelitian oleh Hemanona dan Suharyono (2017) mengenai pengaruh FDI terhadap penerimaan pajak di Indonesia, didapati bahwa FDI dan penerimaan pajak memiliki korelasi yang sangat kuat. Dengan menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana, berdasarkan pada hasil uji signifikansi didapatkan hasil bahwa variabel foreign direct investment berpengaruh positif dan signifikan terhadap pajak sebesar 8,9%. Penerapan FDI dalam sektor primer juga akan membawa dampak negatif bagi host country (dalam hal ini Indonesia) karena tingginya kesempatan ekspolitasi dari negara pelaku investasi (Alfaro, 2003:13). Agar terhindar dari ekploitasi setiap negara memiliki peraturan dan kebijakan masing-masing mengenai investasi, sehingga host country yakin bahwa dibukanya investasi tersebut mendatangkan keuntungan (country advantages) bagi host country. Keuntungan tersebut dapat berupa kemajuan ekonomi pada host country yang ditandai dengan meningkatnya pendapatan negara, terbuka banyaknya lapangan pekerjaan, adanya transfer teknologi, peningkatan sumber daya manusia dengan standar pekerja yang tinggi, serta pasar domestik yang semakin kompetitif.

          Aliran dana masuk dari luar negeri melalui FDI tidak seperti melalui pasar uang maupun pasar modal. Banyak persyaratan apabila investor asing ingin melakukan penanaman modal, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Mulai dari batas minimum nilai investasi, kantor perwakilan, besaran upah, dan perizinan lainnya akan sangat diperhatikan oleh investor asing. Langkah pemerintah untuk menerbitkan UU Cipta Kerja merupakan salah satu kebijakan nyata dari keinginan pemerintah untuk meningkatkan daya saing dan memulihkan perekonomian Indonesia, salah satunya melalui FDI. Selain itu, Joe Biden juga dikenal sebagai pemimpin yang pro terhadap hubungan multilateral, tidak proteksionis. Dengan begitu, seharusnya pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan kesempatan yang sulit didapatkan di periode pemerintahan AS sebelumnya, agar dapat menjalin hubungan investasi yang lebih baik dengan AS, mengingat penjelasan sebelumnya dimana harusnya akan banyak arus aliran dana yang keluar dari AS.

KESIMPULAN

          Terpilihnya Joe Biden menjadi presiden Amerika Serikat merupakan suatu angin segar bagi perekonomian global yang sekarang sudah sangat terpuruk oleh pandemi korona maupun perang dagang. Dampak tersebut juga dapat dirasakan oleh perekonomian di Indonesia, diluar dari faktor mikroekonomi Indonesia sendiri. Namun, perlu langkah-langkah konkret dari pemerintah agar segala kesempatan yang ada dari perbaikan ekonomi global ini dapat dimaksimalkan sebagai upaya untuk meningkatkan perekonomian dalam negeri, salah satunya melalui FDI dari Amerika ke Indonesia. Manfaat yang didapat oleh Indonesia tidak hanya dari segi perbaikan iklim ekonomi saja namun juga adanya potensi penerimaan pajak yang cukup tinggi apabila FDI dapat dimanfaatkan secara optimal.

Referensi :

Hemanona, Valentinez dan Suharyono. 2017. ANALISIS PENGARUH FOREIGN DIRECT INVESTMENT TERHADAP  COUNTRY ADVANTAGES INDONESIA. Jurnal Administrasi Bisnis. Malang : Universitas Brawijaya

BKPM. “Penanaman Modal Asing di Indonesia”, diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 13.11 dari https://www.investindonesia.go.id/id/artikel-investasi/detail/penanaman-modal-asing-di-indonesia

Detik Finance. “Joe Biden Menang Pilpres AS Apa Dampaknya Buat Ekonomi RI?”, diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 09.27 dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5246265/joe-biden-menang-pilpres-as-apa-dampaknya-buat-ekonomi-ri

Investor Daily. “Stimulus dan Pajak Jadi Kebijakan Ekonomi Utama Bidenomics”, diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 10.15 dari https://investor.id/international/stimulus-dan-pajak-jadi-kebijakan-ekonomi-utama-bidenomics

Kompas. “Joe Biden Menangkan Pilpres Bagaimana Dampaknya Terhadap Perekonomian Global?”, diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 09.40 dari https://money.kompas.com/read/2020/11/08/143500526/joe-biden-menangkan-pilpres-bagaimana-dampaknya-terhadap-perekonomian-global

Republika. “Dampak Kemenangan Pilpres AS ke Ekonomi Indonesia”, diakses pada tanggal 9 November 2020 pukul 11.01 dari https://republika.co.id/berita/qjbtak383/dampak-kemenangan-pilpres-as-ke-ekonomi-indonesia

 

Komentar Anda