MONITORDAY.COM | 30 OKTOBER 2015
MONITORDAY.com, Jakarta – Masyarakat ngiluh bila mendengar kata hutang luar negeri. Maklum, besar kecil hutang yang dipinjam negara bakal membuat masyarakat sengsara. Dengan negara banyak hutang akan berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat.
Namun kenyataan itu sepertinya akan dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Ya, itu seiring dengan minimnya penerimaan pajak tahun ini. Dari Rp 1300 triliun yang ditargetkan, sampai dengan Oktober ini baru terkumpul sekitar Rp 600 triliun.
Dengan capaian masih 50 persen, sejumlah kalangan pesimis target penerimaan pajak dapat terpenuhi. Mengingat tengat waktu praktis tinggal 2 bulan. Nah, jika penerimaan pajak tak memenuhi target akan berpotensi membuat APBN devisit sehingga mau tidak mau negara harus berhutang.
Kalau pun negara harus berhutang, berapa besaran hutang untuk menutupi divisit anggaran? Menurut pengamat pajak, Yustinus Prastowo, negara akan berhutang minimal Rp 80 triliun. “Saya yakin akan ada hutang baru. Dan setelah saya estimasi akan ada sekitar Rp 80 triliun untuk utang baru nantinya,” katanya saat dihubung Monitorday, belum lama ini.
Memang disayangkan jika negara harus berhutang hanya gara-gara penerimaan pajak tidak memenuhi target. Kata Yustinus, penerimaan pajak mungkin bisa maksimal jika pemerintah dalam hal itu Dirjen Pajak menyiapkan skenario matang. “Kalau ada perencanaan yang matang dan pemerintah punya antisipasi ketika terjadi perlambatan ekonomi sekarang ini, mungkin penerimaan pajak tetap mendekati target,” pungkasnya. [sis]