Riset

Potensi Disinsentif Fiskal Dalam Proses Bisnis Hulu Migas

Executive Summary
Potensi Disinsentif Fiskal Dalam Proses Bisnis Hulu Migas 

(download)

Minyak bumi masih menjadi sumber energi primer dunia, termasuk Indonesia. Seiring berjalannya waktu terjadi peningkatan konsumsi masyarakat, di sisi lain produksi terus menurun secara kontinyu sehingga Indonesia terancam mengalami krisis minyak bumi. Kelesuan aktivitas eksplorasi dan investasi hulu migas menyebabkan rendahnya penemuan cadangan baru. Rendahnya penemuan cadangan baru (reserve replacement ratio) tersebut menambah suramnya masa depan migas negara ini. Produksi amat bergantung pada beberapa sumur tua yang umumnya merupakan PSC tahun 70-an dan 80-an. Pelemahan harga minyak dunia membuat pemodal melakukan konsolidasi dan memusatkan area operasinya pada geografis yang sudah dikenal potensial (sweet spots). Fenomena itu mempengaruhi perilaku investasi dan ketersediaan modal dalam industri hulu migas. Indonesia menghadapi tantangan perebutan capital atau investasi yang semakin terbatas dengan negara-negara penghasil minyak lainnya sehingga kompetisi penarikan investasi menjadi semakin ketat. Sebagai pebisnis rasional, investor tentu akan memilih negara yang paling atraktif dan berdaya saing tinggi untuk menempatkan investasinya.

Pada dasarnya, sebagai pebisnis, investor akan mempertimbangkan potensi sumber daya dan lingkungan bisnis sebagai faktor utama pengambilan keputusan investasi. Besaran Minimum Government Take (MGT) menjadi salah satu parameter daya saing (competitiveness). Negara dengan nilai MGT yang tinggi akan terlihat kurang menarik di mata investor. MGT Indonesia termasuk dalam kelompok negara dengan permintaan tinggi di dunia. Selain laba usaha, rasio sukses pengeboran yang rendah juga melemahkan daya tarik. Keputusan investasi juga bergantung pada lingkungan bisnis yang kompetitif, stabilitas politik dan regulasi, kejelasan dan kepastian hukum, dengan kebijakan pro-bisnis merupakan pertimbangan utama. Meskipun bukan utama, kebijakan fiskal juga menjadi salah satu faktor penentu karena akan mempengaruhi besaran investasi dan tingkat imbal hasil (rate of return).

Komentar Anda